Kurikulum Merdeka, Seberapa Efektif kah?

 



بسم الله الرحمن الر حيم

Pada tahun 2022, sebagai tindakan penanganan pada krisis pembelajaran (learning loss) yang telah berlangsung cukup lama di Indonesia, yang kemudian qoddarullah diperparah dengan situasi pendidikan di masa pandemi, pemerintah telah merilis kurikulum merdeka (K.Merdeka), sebagai pembaharuan terhadap kurikulum 2013 (K13).

Ada beberapa poin utama yang menjadi pembeda K.Merdeka dengan kurikulum-kurikulum sebelumnya (yaitu K13 & KTSP), antara lain:

1. Penurunan standar capaian kompetensi.

Agar pembelajaran dapat lebih efektif, maka para tim peneliti di kemendikbudristek menyimpulkan bahwa pembelajaran hendaknya dilakukan dengan lebih sederhana, konseptual, dan kontekstual relevan dengan kondisi keseharian ananda didik dan lingkungan kearifan lokalnya, agar dapat dikuasai secara mendalam dan diterapkan dalam keseharian.

Kemudian, ditambah lagi pertimbangan kondisi pendidikan di Indonesia yang saat itu serba tidak ideal akibat pandemi, maka pemerintah kemudian membuat kebijakan untuk menyederhanakan standar capaian kompetensi pembelajaran.

Sebagai contoh, pada bidang matematika, jika sebelumnya di K13 distandarkan pencapaian penguasaan bilangan hingga 99 untuk kelas 1, dan hingga 500 untuk kelas 2, maka pada K.Merdeka, ananda kelas 1-2 hanya distandarkan mencapai penguasaan bilangan hingga 100.

Demikian pula halnya untuk ananda kelas 4, yang distandarkan menguasai bilangan hingga 50.000 pada K13, namun di K.Merdeka hanya sampai 5,000.

Berbeda dengan K13 yang dimulai sejak kelas 2, perkalian dan pembagian pada kurikulum merdeka baru dimulai di kelas 3, dan distandarkan penguasaannya pada akhir kelas 4. 

Berbagai penyederhanaan standar capaian kompetensi pembelajaran lainnya juga ada di pelajaran lain seperti bahasa Indonesia, IPAS (Ilmu Pengetahuan Alam dan Sosial), dll.

2. Pengelompokan jenjang kelas kedalam beberapa fase.

K.Merdeka membagi jenjang kelas ke  dalam pengelompokan fase sebagai berikut:
  • Fase A: Kelas 1-2
  • Fase B: Kelas 3-4
  • Fase C: Kelas 5-6
  • Fase D: Kelas 7-8-9
  • Fase E: Kelas 10
  • Fase F: Kelas 11-12

3. Prioritas konsentrasi capaian pembelajaran

Ketuntasan capaian pembelajaran pada K.Merdeka tidak ditandai dengan nilai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang bersifat kuantitatif, melainkan dapat ditentukan sendiri oleh pendidik dan lembaga, dengan mengevaluasi antara lain:
  • Progress pembelajaran ananda didik
  • Portfolio ananda didik
  • Prestasi ananda didik, baik akademis maupun non akademis
  • Proyek penguatan profil pancasila
Sehingga, penilaian serta keputusan kelayakan ananda didik untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya bersifat lebih individual dan menyeluruh dari seluruh aspek perkembangan ananda (tidak sekedar nilai akademis saja).

4. Esensi K.Merdeka

K.Merdeka menekankan pada 3 hal penting:
  1. Pemahaman literasi & numerasi dasar, secara konseptual & kontekstual.
  2. Pengalaman belajar berbasis proyek, dengan mengintegrasikan berbagai bidang keilmuan yang dipelajarinya. Setidaknya diwajibkan ada penyelenggaraan proyek 2x dalam setahun, yang mengusung 5 tema: gaya hidup berkelanjutan, kearifan lokal, bhineka tunggal ika, rekayasa & teknologi, dan kewirausahaan.
  3. Kegiatan belajar yang bermakna, menyenangkan, terbuka serta dinamis  (dapat dikembangkan dengan leluasa oleh pendidik, lembaga, dan ortu/ananda didik itu sendiri).
Secara keseluruhan, K.Merdeka sangat memerdekakan ananda didik, pendidik, ortu serta lembaga untuk mengembangkan strategi pembelajaran sesuai dengan kondisi masing-masing (kondisi lingkungan, lembaga, ortu, maupun ananda didik).


5. Perbedaan mendasar K.Merdeka dengan K13


Cukup banyak perbedaan antara K.Merdeka dengan K13, namun yang paling mendasar antara lain:

  • Penetapan ketuntasan belajar K.Merdeka bersifat lebih kualitatif & menyeluruh, sedangkan K13 menggunakan nilai kuantitatif melalui standar KKM.
  • K.Merdeka menekankan pada proses belajar intrakurikuler/tatap muka (70-80%) dan kokurikuler melalui proyek (30-20%). Sedangkan K13 hanya menekankan pada proses belajar intrakurikuler/tatap muka.
  • Pada K.Merdeka, alokasi jam pelajaran dihitung per tahun, bukan per minggu sebagaimana K13. Ini menjadikan pembelajar (ananda/ortu/pendidik/lembaga) lebih leluasa dan fleksibel mengatur agenda belajarnya selama 1 tahun. Sangat dimungkinkan untuk mengatur strategi belajar maju-mundur atau cepat-lambat di tiap pelajaran yang berbeda, sesuai progress tiap ananda.

Nah, Ayah Bunda serta Rekan-rekan Pendidik, kira-kira dengan begitu banyaknya fleksibilitas & kemudahan yang ditawarkan oleh K.Merdeka, akankah penerapan K.Merdeka ini menjadi jauh lebih efektif dibandingkan dengan kurikulum-kurikulum sebelumnya? 

Akankah penerapannya dapat mencapai tujuan yang direncanakan oleh K.Merdeka tersebut, untuk mengatasi krisis pembelajaran (learning loss) di Indonesia yaitu ketidakmampuan anak-anak Indonesia memahami bacaan sederhana dan menerapkan konsep natematika dasar?

Jawabannya ada pada seberapa ikhtiar kita untuk memerdekakan diri dalam menerapkan & mengembangkan kurikulum ini, termasuk di dalamnya adalah ikhtiar untuk dapat kreatif & inovatif merancang & memilih strategi  pembelajaran dan perangkat ajar, serta pelibatan ananda didik dan orangtua dalam kegiatan pembelajaran berbasis proyek, dan ikhtiar mengarahkan ananda didik meniti portfolionya.

Bi'idznillah.


----------
Untuk menambah wawasan tentang K.Merdeka, silakan  baca ulasan rinci K.Merdeka dari Kemendikbudristek.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Assesment Psikologis - Pemetaan Profil Calon Ananda Didik PBD

Minat Membaca Kalangan Mahasiswa Rendah?

Ternyata, Public Speaking Dapat Meningkatkan Kemampuan Akademis!