Ananda Amira & Maryam, Belajar Sealami Bernafas

بسم الله الرحمن الر حيم

Bayangkan di sebuah tempat, ada sekumpulan anak yang sedang bermain. Mereka dibimbing oleh seorang pelatih. Setiap 10 detik, pelatih membunyikan peluit sebagai tanda semua anak tersebut harus mengambil nafas lalu menghembuskannya. Apapun kegiatan tiap anak, baik yang sedang aktif berlari berkejaran, maupun yang sedang duduk santai membaca buku, mereka diharuskan mengambil dan menghembuskan nafas di waktu yang bersamaan, yaitu setiap peluit berbunyi.

Mungkin kah?

Ya! Pasti tidak mungkin untuk menyeragamkan nafas anak yang satu dengan yang lainnya.

Mari kita lihat situasi lainnya yang lekat di keseharian anak-anak kita. Bayangkan bagaimana seandainya sekelompok anak yang akan makan diberikan suapan yang besarannya sama, jumlah porsinya sama, dan setiap suapan harus bersamaan.

Bisa kah?

Tentu saja tidak! Bahkan anak kembar sekalipun akan memiliki besaran suapannya sendiri, porsinya sendiri, dan menu favoritnya masing-masing.


Demikian lah halnya dengan belajar.

Sejatinya tiap anak memiliki kebutuhan belajarnya sendiri, kecepatan, kemajuan, serta hambatannya masing-masing. Mereka juga punya bidang kesukaannya masing-masing. Karenanya, sebagaimana kita menciptakan lingkungan yang alami dan kondusif pada proses pertumbuhan anak seperti bagaimana proses mereka bernafas, berjalan, ataupun proses makannya, maka seperti itu pula lah seharusnya kita menciptakan lingkungan belajar untuk mereka, yaitu:

  • ALAMI, di mana setiap proses belajar disesuaikan dengan karakteristik tiap anak.
  • KONDUSIF, mendukung serta menumbuhkembangkan kemajuan dan potensi tiap anak.

Karena itu lah, secara mendunia, flexischooling kemudian hadir sebagai sebuah konsep lembaga pendidikan yang mengusung strategi pendidikan dan pembelajaran lebih fleksibel dan alami serta kondusif, untuk memberikan kesempatan anak-anak menapaki perjalanan belajarnya sealami mereka bernafas.

Anak disediakan berbagai bidang keilmuan mendasar yang dapat dipelajari sesuai prioritas kebutuhan mereka, kemampuan kecepatan belajarnya masing-masing, serta diberikan kesempatan yang selebar-lebarnya untuk mendalami bidang yang mereka sukai dan kuasai, atau pun yang sedang menjadi kendala baginya.

Sangat dimungkinkan tiap anak yang misalnya sama-sama kelas 2, tapi ada yang matematikanya sudah sampai target semester 2, ada juga yang baru sampai target semester 1. Ada yang pembelajaran literasinya sudah setara kelas 3, namun ada juga yang sedang mengejar pemahaman literasi setara kelas 1.

“Setiap orang berbuat sesuai dengan pembawaannya masing-masing.” 

- QS. Al-Isra:84

Di Flexischool PBD, selain durasi dan frekuensi belajar yang relatif pendek, beberapa implementasi fleksibilitas pembelajaran antara lain adanya pendekatan kurikulum individual untuk ananda didik.

Sebagai contoh, adalah Amira Wizalia Gandri, ananda kelas 3 yang kemudian di semester-2 langsung "lompat" ke kelas 4. Ananda Amira secara usia dan pengalaman memang seharusnya pada tahun ajaran kali ini sudah duduk di kelas 4. Ananda pernah mengikuti kelas 1 di PBD selama 1 tahun, lalu pindah ke jalur sekolah formal dan mengulang kembali kelas 1 (karena sekolah formal di sini belum mendapat panduan juknis/juklak penerimaan pindah ananda homeschooling sehingga ananda Amira tidak dapat diterima langsung di kelas 2 sekolah tersebut).

Singkat cerita, setelah 1 tahun merasakan berada di sekolah formal, orangtua memutuskan untuk kembali memilih homeschooling. Ananda Amira lalu bergabung kembali di Flexischool PBD, melanjutkan kelas 2 sesuai penyelesaian kelas terakhirnya (baik di PBD maupun di sekolah formalnya). Setelah beradaptasi kembali dengan ritme belajar di PBD yang menekankan pada pemahaman konseptual dan penguatan kemahiran penguasaan materi, ananda Amira pun naik ke kelas 3 sesuai tahun ajaran yang berlangsung. Namun, saat di semester-1 kelas 3 ananda tampak sangat mudah mengikuti pembelajaran, dan sering idle karena kecepatan pembelajarannya cukup tinggi. Dengan kata lain, ananda amira menyelesaikan semester-1 kelas 3-nya tersebut tanpa tantangan. Bahkan ananda cukup sering mengikuti pembelajaran temannya yang sudah kelas-4, dan mampu memahaminya.

Setelah evaluasi semester-1, PBD bersama orangtua dan Ananda Amira bersepakat agar mulai semester-2 ia mulai mempelajari materi kelas 4, karena lebih sesuai untuk kemampuannya. Namun dengan syarat, ananda Amira perlu mengejar pemahaman dan penguasaan materi kelas 4 semester-1 yang belum sempat dipelajarinya. Hal ini lalu dikomunikasikan pula ke pihak SKB-SPNF Pangkalpinang. Alhamdulillah pihak SKB menyetujui dan menerima pendaftaran ananda Amira sebagai murid kelas-4, dengan catatan ananda menyusulkan pembelajaran semester-1 nya. Kemudian ananda mendapat NISN sebagaimana teman-teman kelas 4 lain yang sudah lebih dulu didaftarkan.

Program belajar yang baru pun dimulai untuk ananda Amira pada Januari 2023. Selama sekitar 2 bulan (Jan-Feb) ananda Amira setiap pagi pada sesi qiroah & bahasa Arab di kelas mempelajari materi kelas 4 semester 1, dan siangnya pada sesi pembelajaran umum mengikuti pelajaran kelas 4 semester-2 seperti teman-temannya.

Alhamdulillah, atas izin dan pertolongan dari Allah ta'ala, program belajarnya berlangsung lancar sesuai rencana, dan saat ini ananda Amira sudah on track di kelas 4.


Kisah lainnya datang dari ananda Maryam Agniya. Ananda saat ini kelas 2, namun saat kelas 1 memang belum menuntaskan pemahaman dan penguasaan matematika kelas 1 pada bagian aritmatika (bilangan, penjumlahan, pengurangan), sehingga pembelajaran aritmatika ananda tetap mengikuti kemajuannya sendiri. Saat teman-temannya sudah selesai belajar perkalian, ananda baru masuk pembelajaran bilangan ratusan. Hal ini sangat dimungkinkan, karena sebenarnya kelas 1 sampai 3 masih berada di tahap yang sama. Ananda Maryam diberikan kesempatan yang lebih panjang dari teman-temannya untuk menguasai kepekaan bilangan dan operasi hitung secara perlahan, yang penting nantinya di akhir kelas-3 tetap menuntaskan perkalian dan pembagian, karena kemampuan ini akan digunakan di kelas 4 saat mulai mempelajari pecahan, KPK, FPB, dsb.

Jadi, ketika ananda lain menapaki jalan mempelajari perkalian di semester-1 kelas 2, ananda Maryam menapakinya ketika sudah menjelang akhir kelas 2, dan akan terus ditapaki hingga ke kelas 3. Tapi untuk pembelajaran matematika kelas 2 lainnya tetap dapat mengikutinya dengan on track, seperti materi pengukuran, perkenalan pecahan, ataupun geometri, dan bidang pelajaran lainnya.


Jika saja anak-anak seperti ananda Amira, atau ananda Maryam, tidak diberikan kesempatan belajar sesuai kebutuhan mereka, maka, yang seperti ananda Amira akan menyia-nyiakan umur dan kesempatan belajar, bahkan beresiko menjadi bosan dengan kegiatan belajar yang baginya "gitu-gitu aja".

Sedangkan yang seperti ananda Maryam, jika diseret harus menuntaskan pembelajaran di waktu yang sama seperti teman-temannya, maka ananda tidak akan dapat menguasai pembelajaran dengan optimal, bahkan beresiko menjadi trauma belajar karena diwajibkan terus mempelajari materi yang tidak ia pahami. Jika pun dipaksa tinggal kelas, akan menjadi tidak adil baginya karena ia hanya butuh waktu lebih lama di bidang aritmatika, padahal di bidang lain ia tetap dapat mengikutinya sesuai standar waktu yang direncanakan.


Begitulah antara lain pemaknaan belajar sealami bernafas yang diterapkan di Flexischool PBD sejak 2015, sebagai ikhtiar memfasilitasi kebutuhan fleksibilitas pembelajaran para ananda homeschooling, terutama dalam hal menyesuaikan pembelajaran dengan tingkat pemahaman dan penguasaan murid sebagaimana yang banyak dicontohkan oleh Rasulullahu 'alaihi wassalam dalam metode dakwah dan tarbiyah beliau, serta para sahabat dan ulama.

"Berbicaralah kepada manusia sesuai dengan yang mereka ketahui.."

- Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhu.

Di Indonesia, K.Merdeka mengamanahkan hal serupa, yang diistilahkan dengan kata MERDEKA BELAJAR. K.Merdeka juga lebih melebarkan target capaian penguasaan menjadi per 2 tahun (lebih lebar dari K13 yang targetnya per tahun). Hanya saja, dalam implementasinya dibutuhkan perumusan kembali strategi-strategi yang dapat ditempuh oleh sekolah, menyesuaikan dengan kondisi tiap sekolah. Semakin banyak jumlah murid dalam satu kelas, akan semakin menyulitkan untuk penerapan fleksibilitas. Jadi, memang masih dibutuhkan pengkajian mendalam dan menyeluruh oleh para stakeholder sekolah, untuk dapat menerapkan prinsip-prinsip MERDEKA BELAJAR.

Namun, bagi orangtua, dapat terlebih dahulu mengikhtiarkan di rumahnya masing-masing, untuk mendampingi dan merancang perencanaan program belajar ananda yang lebih individual, sehingga hal-hal yang mungkin belum dapat dipenuhi di sekolah dapat dipenuhi di rumah (atau bekerjasama dengan pihak lain di luar sekolah).

Agar bukan hanya mereka yang homeschooling saja, melainkan semua anak lain pun tetap dapat merasakan nikmatnya belajar sealami bernafas!

Wallahua'lam bisshowab.



Komentar

Postingan populer dari blog ini

Assesment Psikologis - Pemetaan Profil Calon Ananda Didik PBD

Minat Membaca Kalangan Mahasiswa Rendah?

Ternyata, Public Speaking Dapat Meningkatkan Kemampuan Akademis!